Popular Post

Archive for 10/03/12

Eqi dan Aku [Part 2]

By : Obat Kondiloma Kutil Kelamin

Eqi dan Aku [Terinspirasi dari kisah nyata]
part 2, lanjutan dari part1

Pagi ini, seperti biasa aku berangkat menggunakan sepedah, setelah beberapa meter ku kayuh dari rumah tiba-tiba terdengar suara Eqi menyeruku dari kejauhan, ku coba menoleh kanan dan kiri namun tidak dapat kutemukan, ah.. hiraukan saja lah dan ku mulai mengayuh sepedah lagi, namun tiba-tiaba, ada seseorang yang memegang kuncir rambutku dan itu sangat membuat terkejut sehingga reflex ku kibaskan, namun semakin terasa tangan yang perlahan lepas dari kunciran ku seolah membelai tak sengaja, dan ternyata itu Eqi dari belakang.

“Hey… bareng ya” aku melihat Eqi yang begitu ceria, namun aku tetap terpaku karena kejadian barusan, namun haaaah hiraukan.. hiraukan… jangan sampai aku terlihat bodoh di matanya.

“Maksudnya? Duduk di tempat boncengan?” tatapku lekat karena badannya lebih besar, mana mungkin aku mengkayuh sepeda sedangkan dia duduk di belakangku?  Dengan kakinya yang panjang itu? Ahh……

“Ia…” jawabnya singkat dan seketika, hap… duduk di belakang sepedah, wah rasanya beraaat sekali saat kayuh demi kayuh ku angkat, namun senang bisa sedekat ini dengannya, sesekali ku lirik bayangan kami, ternyata kakinya tidak bisa di tekuk karena panjang dan itu membuatku tertawa geli.

“Kenapa kamu ketawa? Ada yang lucu?”
“Kamu tuh ga sadar body, udah ketinggian gitu masih mau menganiyaya orang kecil kaya aku” namun dia hanya tertawa lepas, dan itu membuatku tertegun, selama ini aku belum pernah melihatnya tertawa selepas itu, namun tetap tidak merubah keadaan, dia tidak mau bertukar posisi dan tetap ingin dibonceng olehku. Oh.. perjalanan yang sungguh berat.

Setibanya di gerbang, dia meminta aku terus mengkayuh sepedah sampai tempat parkir, heran karena biasanya kami sudah berpisah dan berlagak tidak kenal jika sudah dekat sekolah, namun hari ini dia berbeda… dia menginginkanku bersamanya sampai tempat parkir, kuturuti saja permintaanya dengan senang hati.

***
Hari ini adalah kelulusan Sekolah Menengah Pertama Negeri 6, beberapa bulan ini Eqi tidak pernah berangkat sekolah bersamaku lagi, namun dari desas desus yang ku tahu, Eqi sekarang telah menjadi kekasih Tasya. Terlihat dari intensitas mereka yang selalu pergi ke kantin bersama, pulang dan pergi bersama, aku tahu… tak sepantasnya aku cemburu karena aku hanya teman biasa. Lagipula Tasya adalah teman baiku, harusnya aku ikut bahagia dengan semua itu. Ah.. tidak… aku harus mengesampingkan perasaan ini, Fikirku keras dan bulat.

 Namun semnjak berpacaran dengan Tasya, aku tidak pernah melihat Eqi seceria saat bersamaku, aku melihatnya sebagai kerbau di cocok hidungnya, Eqi tidak boleh dekat dengan perempuan lain, termasuk teman sekelasnya. Sampai aku putuskan untuk mengidar saja darinya. Karena Tasya terlihat begitu terganggu jika Eqi bersamaku bahkan hanya untuk mendiskusikan hal kacil saat pulang sekolah.

***

Akhirnya aku, Ima dan Dian untuk beli batagor saja, setelah terpana melihat Eqi selewat tadi menuju sedan merah, sebuah kebetulan ataukah takdir Tuhan, Eqi ternyata satu kampus denganku, ada satu ketika dimana temanku bercerita tentang gebetan di kampus, kami yang notabenya adalah mahasiswa baru dan baru menjajaki untuk saling kenal, tidak ada alas an sedikitpun untuk tidah bergaul dengan siapapun, karena ini adalah masa perkenalan, maka aku dengarkan segala curahan hatinya.  Dia berkata kalau dia sedang ‘ngeceng’ anak manajemen bisnis dan ternyata itu adalah Eqi, lagi-lagi selalu terlambat, dan tidak mungkin bagiku mengatakan bahwa aku suka Eqi sejak SMP padanya.

Siang ini begitu panas, saat aku gontai berjalan menuju gerbang kampus, aku melihat Eqi sedang berbincang dengan teman satu fakultasnya, rasa rindu padanya setelah bertahun-tahun tidak bertemu rasanya semakin memuncak, ku coba berlari kecil menghampirinya, namun perlahan aku hentikan. Eqi sekarang telah berubah, rambutnya sekarang persis potongan rambut korea, selaras dengan tinggi dan bentuk badanya yang bagus, bajunya sangat modis dan itu tidak murah harganya, sepatunya merek terkenal, ya… banyak sekali perubahanya, Eqi yang ku kenal dengan seragam lusuh, tas bolong, sepatu jelek sekarang telah berubah menjadi pria tampan. Ku beranikan diri untuk menyapanya dari belakang.

“Eqi…. Kamu kuliah disini juga” nadaku ceria. Namun Eqi hanya tersenyum dan, plak…. Dia memukulkan pensil nya ke kepalaku. Sungguh aku rindu sikapnya yang seperti itu.

“Aku pulang duluan ya Nad” jawabnya singkat, seperti tidak pernah menjadi teman dekat, dia berlalu begitu saja, dan ku lepas pandangan itu setelah dia menaiki motor Ninja-nya.

Saat itu aku kembali terhenyak dari lamunanku, itu bukan satu-satunya cerita yang ku dengar tentang Eqi. Eqi primadona kampus.

“Nad… Itu Eqi… mau masuk ke mobil sedan itu..” Sengolan Ima berkali-kali membuyarkan semua lamunanku.

“Mana…? Woo.. ia yaaa…” Eqi berjalan menuju mobil tersebut yang pintunya terbuka karena tadi Eqi lupa menutupnya, namun aku melihat dari kaca spion, ternyata di dalam mobil itu ada seorang om-om paruh baya, pada saat itu aku sangat tidak percaya. Kenapa om itu lagi yang bersamanya?


Eqi adalah anak pertama dari 5 bersaudara, dia bukan dari orang yang berada, Eqi sendiri yang menceritakan itu padaku saat dulu jika kami berangkat ke SMP bersama sepedah kesayanganku. kabar yang aku dengar dari alumni SMP, saat Eqi berpacaran dengan Tasya, Tasya telah merubah kebiasaan Eqi, Tasya adalah orang berkecukupan, tidak jarang dia memintanya untuk makan di luar bersama ataupun jalan-jalan ke kota dan mal yang sudah pasti  mahal-mahal, namun karena Tasya adalah cinta pertama Eqi, Eqi pun menuruti semua permintaan Tasya. Yang ku tahu… urusan hati jika didasarkan materi tidak akan pernah terjalin dengan sempurna, meskipun Eqi telah berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan Tasya namun tetap hubungan mereka kandas, itu disebabkan karena Rian lebih kaya daripada Eqi, pada akhirnya Tasya mendekati Rian di belakang Eqi, siapa yang tidak terpesona dengan kecantikan Tasya dan senyum nya yang manis akhirnya Tasya meninggalkan Eqi begitu saja, miriiiis sekali membayangkan segala persaan Eqi saat itu, kenapa dia tidak bersamaku? Mungkin tidak akan seperti ini jadinya.
Sejujurnya aku tahu, Eqi juga menyukaiku.. itu terbongkar saat Tasya secara tidak sengaja menyinggung sebuah pernyataan dimana Eqi sering menanyi hal-hal tentangku pada Tasya, namun saau itu Tasya menyukai Eqi dan menggunakan kesempatan itu untuk terus mendekati Eqi.

Ada sebuah hal yang sangat memukulku, kabarnya Rian dan Eqi pernah berkelahi hebat, saat itu Rian tidak terima bahwa Eqi ternyata menyukaiku, Rian merasa dihianati oleh Eqi, mereka berdua sepakat untuk tidak memperebutkan aku agar semua kembali seperti semula, lagipula pada saat itu aku tengah bertekad untuk tidak memulai komitmen dengan siapapun, karena aku harus mengejar masa depan untuk membahagiakan orang tuaku, sehingga sikapku pun tidak membalas kebaikan Eqi dan Rian jika sudah menjurus kepada komitmen. Namun pada saat itu Eqi sedang di dekati oleh Tasya dan perlahan jatuh ke pelukanya.
Rian sendiri menjauh dari Eqi dan bergaul dengan anak-anak yang selevel denganya, pergaulan kota dan mewah. Sampai satu saat, Tasya mendekati Rian dan mencampakan Eqi, terjadilah perkelahian kedua kalinya, motif Rian meladeni Tasya adalah untuk balas dendam terhadap masa lalunya saat memperebutkan aku. Rian jelas menang di sini, dan membiarkan Eqi dalam keterpurukan.
Itu merupakan tamparan yang keras untuk Eqi, dari sana Eqi ingin menjadi orang kaya dan banyak uang. Pada satu sisi pengalaman hidupnya yang dicampakan oleh wanita karena uang, dan sekarang di cundangi Rian karena uang, namu Eqi telah memilih jalan yang salah, ketika di kenalkan dengan seorang teman Rian yang juga kaya raya.

Semua kejadian itu baru aku dengar dari teman SMP ku yang se SMA dengan Eqi.

Aku melanjutkan jalanku bersama Ima dan Dian menuju tempat batagor kesukaan kami di depan kampus. Setelah duduk di bangku batagor itu tiba-tiba Ima berkata.

“Nad… itu yang di dalem mobil sedan itu, om-om ya?”
Sontak aku kaget namun aku pura-pura saja tidak tahu,

“Oia? Hemm.. iaa…” Angguk-ku pelan.

“Curiga deh…. Apa kata Ima bener” Timpal Dian

“Curiga apa ih.. udah ah jangan gossip…” Kataku meleburkan semua ketegangan ini.
“Aku ngomong gini bukan karena ga ada bukti loh, waktu di mall. Aku juga lihat Eqi sama o mom itu… dan Eqi minum di satu gelas minuman bareng om itu..” Nada Ima meyakinkaku.

“Hust… udah, jangan ngomongin orang… ghibah tau…” Cela ku untuk meredam semua tentang Eqi siang ini.


Sebenarnya baru beberapa hari yang lalu, aku menjalin komunikasi lagi dengan Intan, sahabatku ketika SMP, Intan juga se SMA bersama Eqi, Tasya, dan Rian. Pada Intan, aku ceritakan bahwa aku menyukai Eqi saat ku dengar dari Intan bahwa Eqi di sakiti Tasya, meskipun itu tidak dapat merubah masa lalu namun setidaknya aku lega saat ini.

Ada sebuah hal yang sangat mengejutkanku, Intan bercerita, setelah di sakiti Tasya, Eqi benar-benar terpukul dan menganggap bahwa uang dapat membeli segalanya, termasuk orang yang di cintai. Sampai satu ketika Eqi terlibat pertengkaran dengan Rian, ada seorang om-om paruh baya berdarah China mendekati Eqi, semua keinginan Eqi di penuhi, keluarga Eqi sekarang sedikit terjamin, Eqi dapat kuliah, motor yang notabenya mahal sekarang dia pakai ke tempat kuliah, dandanan yang super mahal melekat di tubuh Eqi, Eqi bukanlah pria sederhana yang kamu kenal dari SD dia sekarang tampan dan Glamor.
Hal yang palinge mengejutkan adalah, ketika Intan memergoki Eqi ada di pantai bersama om-om tersebut, dan itu tidak wajar. Karena mereka terlihat mesra sekali. Aku sungguh tidak percaya perkataan Intan, aku yang sangat mengenal Eqi, aku tahu dia orang yang seperti apa. Namun keesokan harinya setelah mendengar cerita Intan , tidak sengaja aku bertemu dengan Eqi di post satpam kampus, dia terlihat buru-buru dengan buku yang di peluknya, tiba-tiba salah satu satpam berbicara pada Eqi dengan nada meledek

“ki.. ada apa sama leher kamu ko merah-merah”

Eqi terlihat kalap dan spontan menutupinya dengan buku. Aku sungguh kaget dan tak percaya, pedahal tidak ada apa-apa di leher Eqi dan mengapa Eqi terlihat panik, jika dia tidak merasa.

Sekarang semuanya sudah terlambat, tentang Eqi ada seorang Homo sex ternyata rahasia umum di kampus ini. Saya sungguh menyayangkan. Bahwa sesungguhnya dia telah mengambil jalan yang salah. Materi itu tidak dapat membeli kebahagiaan. Semoga kau cepat kembali pada ajaran Tuhan, dan percayalah Tuhan maha pemaaf.


-budayakan komentar ya-


Tag : ,

Eqi dan Aku [part 1]

By : Obat Kondiloma Kutil Kelamin
Eqi dan Aku [Terinspirasi dari kisah nyata]


“Eh… eh… eh…. Itu ada sedan merah, parkir di depan kampus tuh… punya siapa yaaaa..?” Dian menunjuk-nunjuk kearah tempat parkir yang memang juga di penuhi kendaraan dominanya motor juga anak-anak kampus yang sebagian sudah bubar kelas.

“Ia ya… mobil siapa ya? Wah… boleh tuh….” Tak kalah nada Ima seolah menyahut ceplosan Dian.

“Ih.. Ih.. ga usah kampung gitu deh… itu kan jemput aku…. Yeeee… udah dulu ya, aku pulang duluan…Hahahaha…” Nada-ku Percaya diri seolah memang benar mobil itu menjemputku, pedahal tidak.

Dan kami bertiga tertawa terbahak-bahak dengan puas, seolah melupakan berbagai soal-soal selama mata kuliah administrasi tadi.
Ya.. kami tiga sekawan di kampus ini, Dian yang cupu namun  pintar, Ima yang periang dan punya semangat tinggi, dan aku yang sedikit tomboy juga humoris. Kami bertiga tidak peduli dengan teman-teman yang sudah banyak keliling mall, sudah sering wisata kuliner di kafe, atau bahkan liburan ke banyak tempat wisata. Kami bangga dengan ke-cupu-an kami, bangga menjadi apa adanya, dan bangga memiliki keluarga yang harmonis meskipun bukan dari orang yang berada… tapi kami punya tujuan hidup yang sama… yaitu… merubah nasib keluarga kami.

“Diaaaaannn…………..”  jerit Ima yang memekik telinga kami juga otomatis menghentikan tawa yang tadi terurai.

“Itu Diaaan.. itu……. Itu Eqi kan?? Aduuuuhh tampanya….”  Ima juga menarik-narik jas almamaterku sambil terus menerus matanya tertuju pada Eqi, terlihatlah Eqi sedikit berlari kecil menuju sebuah arah. Ima pernah cerita padaku, bahwa dia mengagumi Eqi, memang Eqi begitu tampan… bagi aku yang notabenya penggila komik, melihat Eqi itu seperti perwujudan pria yang sering menjadi tokoh utama di komik-komik Jepang. Rambutnya yang menyerupai harazuku, tubuhnya yang tinggi dan atletis, kulitnya tidak terlalu putih dan tidak terlalu coklat, dan sikapnya yang penuh karisma namun banyak menyimpan rahasia… wah rasanya sangat sulit di ungkapkan. Namun tiba-tiba ke enam pasang mata kami yang sedari tadi mengikuti langkah Eqi semakin terbelalak juga tanpa sadar memajukan kepala kami ke depan sambil berbarengan mengatakan..

“Haaaaaahhh……… ”
ternyata Eqi menuju kearah mobil sedan merah tadi. Terlihat Eqi membuka pintu mobil sedan itu lalu berkata..
“Sebentar ya…. Tunggu sebentar….”

Lalu Eqi berlari lagi kearah gedung kampus….

***


Hari ini, adalah hari pertamaku membuka sebuah perpustakaan di rumah. Keluarga ku adalah penggila komik. Jika di jejerkan… berbagai komik yang kami koleksi mungkin akan mengalahkan panjangnya rel kereta.. hhee hhee… sampai akhirnya aku mengusulkan agar  membuka peminjaman komik untuk anak-anak di sekitar rumah, ide itu disambut baik oleh kedua orang tuaku juga adik ku satu-satunya… lagipula sekarang aku telah masuk SMP jadi sudah saatnya serius dengan mata pelajaran, dan mengurangi kegilaanku terhadap komik, dari penyewaan komik itu aku tidak mengandalkan mamah lagi untuk bekal ke sekolah… Ibuku seorang penjahit pakaian, ayahku bekerja di kantor kelurahan namun sebagai buruh harian lepas, jika bliau masuk maka akan mendapatkan uang, namun jika tidak masuk ya sudah bisa terbaca apa yang akan kami makan, maka dari itu tempat penyewaan komik ini selain dapat meringankan beban kedua orang tuaku, akupun dapat beramal dengan memupuk minat baca sedari dini untuk lingkungan sekitar rumah.
“Nadiaaa…….” Terdengar suara yang sudah tidak asing lagi… oh ternyata itu Rian, teman sedari kecil saat ingusan sampai sebesar ini. Terlihat dia bersama temanya.
“Ya… masuk Rian……”
“Mana nih, yang buka penyewaan komik… minjem donk…”
“Eh.. menjem-minjem… nyewa tau…. hahahaha”
Tanpa canggung lagi Rian masuk dan memilih-milih komik, begitu pun temanya, dia juga sibuk memilih-milih komik yang ada di rak alakadarnya.
“Aku minjem yang ini ya….”
“Ya udah, isi dulu sono, daftar buku peminjamnya… “
Tak lama setelah Rian, teman Rian juga mengisikan namanya di buku tersebut.
Sebenarnya aku tertarik pada teman Rian, dia terlihat sederhana namun penuh kharisma, tidak banyak tingkah dan wajahnya kalem, membuatku penasaran. Namun husss.. husss.. aku tidak boleh memiliki perasaan seperti ini, aku harus fokus belajar masih ada kelas VIII dan IX yang harus ku kejar.
saat mengeluarkan sepeda kesayangkanku untuk berangkat ke sekolah, aku sedikit terkejut… aku melihat teman Rian yang kemarin meminjam buku sudah ada di depan rumah Rian bermain gitar, apa dia ga sekolah ya? Hm… aku hanya dapat berguman dalam hati.

***

Tahun demi tahun terlewati sekarang aku sudah kelas IX, Ini masih seperti biasa, hari dimana aku harus berangkat sekolah. Rambutku yang panjang, aku ikat buntut kuda dan ku bubuhi sedikit pita. Saat akan mengeluarkan sepeda, aku sudah melihat anak lelaki itu di depan rumah Rian, memakai baju sekolah lengkap juga jaket hitamnya, mungkin hendak mengajak Rian pergi sekolah bersama. Ku dorong sepedah sambil ku sapa lelaki itu.

“Rianya sakit… Ibunya nitip surat ini ke aku.”

“Oh..”  jawabnya singkat. Ku sodorkan pucuk surat itu padanya, karena dia adalah teman sekelas Rian, kalau aku hanya satu angkatan dengan Rian namun beda kelas.

“Oia… siapa nama kamu? Kenalin…. Nadia ! ” sapa-ku ramah padanya. Namun dia hanya tersenyum dan pergi meninggalkan ku begitu saja… Uh… Sombongnya.
Beberapa hari ini, aku tidak melihatnya datang ke rumah Rian, aku sebenarnya penasaran terhadap laki-laki itu… dia sebenarnya tampan, namun dari segi penampilan, dia bukan dari kalangan yang berada, terlihat dari seragam sekolahnya yang sudah lusuh, sepatunya yang sudah sedikit bolong, namun cueknya itu yang buat aku suka kesederhanaanya. Tiba-Tiba aku teringat dengan buku daftar peminjam komik beberapa tahun lalu, bergegas ku buka dan ku cari nama nya.. Yeah… dapat… ternyata namanya Eqi. Kenapa tidah pernah terpikirkan sebelumnya?

***
Hari minggu ini begitu cerah, tiba-tiba terfikirkan untuk bersepeda. Segera ku pakai trening juga kaos, rambut hitam ku kucir satu dan seperti biasa ku pilih pita yang paling cocok menemaniku.  Setelah siap, aku putar lagu di mini mp3 sambil ku dorong sepeda menuju keluar gerbang. Terdengar lagu pertama yang di putar adalah My Word Is Full With You By Ten 2 five. Hembusan angin yang lembut membuat semakin bersemangat “I thought the sun would never arise again When you told me everything was over” namun tiba tiba di sebelah kiri jalan aku melihat Eqi sedang berjalan ke arah yang sama, terlihat dari belakang jaket kelas cirikhas dan tidak mungkin ada yang sama. Segera ku kayuh sepeda semakin cepat dan bersemangat, hari ini aku akan membuatnya terkejut. Aku susul dia dari belakang sambil ku bunyikan bell di sepeda…

“Trining .. triningg.. trining..” aku senang melihat Eqi merasa terganggu, karena hanya dengan cara demikian dia akan menoleh ke belakang, aku semakin bersemangat, ku lepas headset sebelah kiri sambil sedikit ku condongakan badan ke arah Eqi seraya berbisik pelan namun keras di akhir “Eqiiii….” Terlihat dia begitu kaget juga kesal, namun aku senang sekali karena dengan cara seperti itu aku bisa memulai kenalan denganya.

“Kamu ya….” Nadanya jengkel, aku tetap kayuh sepedah membiarkan dia berlalu, namun…..

“ Nadiaaa…..”  teriak Eqi dari belakang, sontak itu membuatku kaget juga senang buru-buru ku hentikan kayuhanku dan menahan menggunakan kaki kiri , Eqi menghampiriku dan ada sesuatu yang sangat tak terduga… di situ aku dapat dengan jelas melihat matanya yang indah, senyumnya begitu tulus yang  belum pernah ku lihat sebelumnya. Aku sungguh tak peduli dengan penampilanya, tapi aku suka dia pada saat itu, beberapa detik aku terpaku melihat wajahnya dan….

“Pletak” ahhhhh……. Dia memukul kepala ku ringan…

“Nakal kamu ya…” ucapnya singkat sambil berlalu meninggalkan aku beserta kejadian yang begitu sangat cepat. Aku masih mamatung dan membisu, aku tak percaya apa yang sedang terjadi… aku merasa ada di dalam sebuah cerita komik yang biasa aku baca, seorang pria misterius dan berkarisma, oh tidak…  perasaan ini begitu manggangu jantungku berdegup kencang, hembusan angin dan lagu yang terus beputar adalah teman satu-satunya selama beberapa detik tersingkat bersamanya. “Coz my world is full with you, Coz my world is full with you”.

Semenjak hari itu, aku tidak canggung lagi kepadanya, dan semenjak hari itu aku selalu melihatnya di lingkungan rumahku mungkin sekedar untuk jalan-jalan atau berkunjung ke rumah Rian.

Setiap pagi, aku memang biasa memakai sepedah menuju sekolah, dan tak jarang aku melihat Eqi sedang berjalan sendirian, kembali ku bunyikan bell bell yang menggangu Eqi sambil ku serukan namanya, dia-pun sudah hafal kebiasaan tersebut dan sudah dapat menduga bahwa itu adalah aku. Ku hentikan sepeda untuk menemani dia berjalan kaki, dia banyak bercerita tentang keluarganya selama perjalanan dan dengan senang hati, ku mendengarkan. Namun ada satu hal yang membuatku bingung, setiap kali kami sudah dekat dengan gerbang sekolah, Eqi selalu saja sedikit menghidar dan seolah tidak mau menunjukan bahwa kami berdua saling kenal, ya… tak apalah aku tetap menyukainya.

Seperti biasa, aku duduk di bangu paling depan, dan di jam-jam peralihan guru, kelas akan sanggat berisik namun aku menghiraukanya karena komik yang ku baca masih jauh lebih menarik, namun dari arah kelas sebelah yang hanya di sekat oleh triplex dan memungkinkan untuk dapat di buka bila ada rapat orang tua, ada suara-suara yang memanggilku, 
“Nad, Nad… ” hah, suara dari mana itu, namun terlihat samar-samar seorang lelaki di balik triplex ternyata itu Eqi, dia terlihat susah payah mencari celah di papan itu,

“Pelajaran siapa?” bisik Eqi..

“Hah? Aku?” sepontan aku menoleh kiri dan kanan,

“Ia.. kamu… Pelajaran siapa sekarang”

“Oh… Ekonomi, tapi gurunya ga ada.” 

***

Bel istirahat akhirnya berbunyi, saat aku hendak ke kantin tiba-tiba Tasya mendekatiku.

“Nad… kamu mau tau sesuatu?”

“Tentang apa? ”

“Rian… dia bilang, dia suka sama kamu…” keadaan seketika membeku. “
Trus… aku udah janji ma dia mau comblangin dia sama kamu, dengan satu syarat… aku pun harus di comblangin sama temenya”

“Siapa?” tanyaku.

“Eqi donk…. Eqi temenya Rian, Eqi kelas IX-A” Bagai terkena kilat di siang bolong, sungguh aku tidak bisa menerima perkataan itu sedikitpun namun Tasya adalah sahabatku, keadaan semakin membeku, segera aku cari-cari alasan untuk menghindari Tasya dan bergegas menuju ke kantin. Di kantin aku terus menerus memikirkan ini semua, aku mulai suka Eqi dari semenjak kelas VII dan tidak pernah bisa mendekatinya bahkan untuk mengobrol sekalipun.

***
Pagi ini, seperti biasa aku berangkat menggunakan sepedah, setelah beberapa meter ku kayuh dari rumah tiba-tiba terdengar suara Eqi menyeruku dari kejauhan, ku coba menoleh kanan dan kiri namun tidak dapat kutemukan, ah.. hiraukan saja lah dan ku mulai mengayuh sepedah lagi, namun tiba-tiaba, ada seseorang yang memegang kuncir rambutku dan itu sangat membuat terkejut sehingga reflex ku kibaskan, namun semakin terasa tangan yang perlahan lepas dari kunciran ku seolah membelai tak sengaja, dan ternyata itu Eqi dari belakang.

“Hey… bareng ya” aku melihat Eqi yang begitu ceria, namun aku tetap terpaku karena kejadian barusan, namun haaaah hiraukan.. hiraukan… jangan sampai aku terlihat bodoh di matanya.

“Maksudnya? Duduk di tempat boncengan?” tatapku lekat karena badannya lebih besar, mana mungkin aku mengkayuh sepeda sedangkan dia duduk di belakangku?  Dengan kakinya yang panjang itu? Ahh……

“Ia…” jawabnya singkat dan seketika, hap… duduk di belakang sepedah, wah rasanya beraaat sekali saat kayuh demi kayuh ku angkat, namun senang bisa sedekat ini dengannya, sesekali ku lirik bayangan kami, ternyata kakinya tidak bisa di tekuk karena panjang dan itu membuatku tertawa geli.
“Kenapa kamu ketawa? Ada yang lucu?” 

bersambung ke part2

-budayakan komentar ya-

Tag : ,

- Copyright © ' - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -